Selasa, 12 April 2011

DEMAM BERDARAH DENGUE

Demam berdarah dengue/ DBD/dengue haemorrhagic fever/DHF, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang disertai penurunan dari sel darah putih, adanya bercak kemerahan  di kulit, pembesaran kelenjar getah bening, penurunan jumlah trombosit dan kondisi terberat adalah perdarahan dari hampir seluruh jaringan tubuh.

WHO mengatakan wabah demam berdarah (DB) sekarang telah menjadi ancaman utama bagi kesehatan masyarakat global. Lebih dari 2,5 miliar penduduk dunia berisiko terkena penyakit demam berdarah, dengan mayoritas atau 70 persen populasi hidup di kawasan Asia Pasifik. Demam dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena curah hujan di Asia yang sangat tinggi terutama di Asia timur dan selatan ditambah dengan sanitasi lingkungan yang tidak bagus.

Jumlah kasus demam berdarah di Indonesia tercatat masih tinggi, bahkan paling tinggi dibanding negara lain di ASEAN. Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang senantiasa ada sepanjang tahun di negeri kita, oleh karena itu disebut penyakit endemis. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009 mencapai sekitar 150 ribu.

Angka ini cenderung stabil pada tahun 2010, sehingga kasus DBD di Indonesia belum bisa dikatakan berkurang. Demikian juga dengan tingkat kematiannya, tidak banyak berubah dari 0,89 pada tahun 2009 menjadi 0,87 pada pada 2010. Ini berarti ada sekitar 1.420 korban tewas akibat DBD pada 2009 dan sekitar 1.317 korban tewas pada tahun berikutnya.

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu 1) vektor (nyamuk), terutama berhubungan dengan sanitasi lingkungan, 2) Penjamu (manusia) terdapatnya penderita dilingkungan, 3) Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4.

Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga 3. Penularan infeksi virus dengue tejradi melalui vektor nyamuk betina genus Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus) yang sebelumnya menghisap darah dari orang yang menderita demam berdarah.. Nyamuk ini hidup di air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air) dan memerlukan darah manusia atau binatang untuk hidup dan berkembang biak. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Karena hal inilah maka penularan demam dengue harus melalui perantara nyamuk sehingga kita tidak perlu khawatir kontak langsung dengan penderita demam dengue.

DBD di Indonesia sulit diberantas karena laju perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang menularkan penyakit itu cukup cepat. Upaya pemberantasan jentik nyamuk selalu kalah cepat dari perkembangbiakan nyamuk tersebut.

Di lingkungan yang berair, 1 ekor nyamuk rata-rata bertelur sebanyak 50-400 butir dan hanya butuh 1 minggu untuk menjadi nyamuk baru. Jika diambil angka terkecil, dalam seminggu selalu ada 50 ekor nyamuk baru yang pada minggu berikutnya menghasilkan 250 nyamuk lain lagi. Menggigit pada siang hari dengan waku efektif 2 jam setelah matahari terbit (pukul 08.00 - 12.00 dan beberapa jam setelah matahari tenggelam (pukul 15.00 - 17.00). Setelah digigit nyamuk, antara 3 - 14 hari kemudian atau biasanya 4 - 7 hari akan menunjukkan gejala atau tanda-tanda DBD.

Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :

a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38ºC- 40ºC) kadang-kadang bifasik (saddle back fever).
b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif yang ditandai dengan adanya bintik bintik perdarahan, pendarahan konjungtiva, epitaksis (mimisan), melena (berak darah hitam), dsb.

c. Hepatomegali (pembesaran hati).

d. Syok (kegagalan sirkulasi), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

e. Trombositopeni (penurunan trombosit), pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000 /mm3.

f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.

g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.

h.  Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

Masa-masa kritis demam berdarah adalah pada hari kelima. Jika tidak tertangani dengan baik maka trombosit akan turun dengan hebat dan memungkinkan terjadinya shock meskipun demamnya kadang sudah turun, karena itu tetap harus diwaspadai. Shock inilah yang menyebabkan kematian.

Tanda-tanda shock pada DBD adalah:
  1. Tampak gelisah dan lemah
  2. Kesadaran menurun
  3. Napas cepat
  4. Dapat disertai nyeri perut
  5. Perfusi perifer atau capillary refill (tingkat isi ulang darah kapiler kosong) menurun
  6. Nadi cepat dengan volume mengecil
  7. Tekanan darah dan tekanan nadi menurun
  8. Ujung tangan dan kaki terasa dingin
  9. Diuresis (kelainan pada sistem urinase dalam memproduksi urine) berkurang

Pengobatan penderita Demam Berdarah
Apabila tanda dan gejala seperti diatas, maka hendaknya pasien segera di bawa ke RS, dan untuk prehospital sementara dapat diberikan:

-        Penurun panas dapat diberikan obat paracetamol

-        Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter - 2 liter dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).

-        Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit.

Pencegahan penyakit demam berdarah dengue
Pencegahan penyakit demam berdarah secara garis besar mencakup

A.    Terhadap nyamuk perantara yaitu

-        pemberantasan nyamuk Aedes aegypti induk dan telurnya

B.    Terhadap diri kita

-        memperkuat daya tahan tubuh

-        melindungi dari gigitan nyamuk misalkan tidur dengan menggunakan kelambu dan penggunaan mosquito repellant (cairan/krim anti nyamuk)

C.   Terhadap lingkungan dengan tujuan mengubah perilaku hidup sehat terutama kesehatan lingkungan

Pembrantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:

1.    Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:

-        Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu

-        Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

-        Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

-        Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah

-        dan lain sebagainya.

2.    Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

3.    Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:

-        Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.

-        Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.


Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan "3M Plus", yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat. Lakukanlah 3M Plus ini secara rutin sekali dalam seminggu.

Pedoman Penggunaan Bubuk Abate (Abatisasi)

·         Satu sendok makan peres (10 gram) untuk 100 liter air

·         Dinding jangan disikat setelah ditaburi bubuk abate

·         Bubuk akan menempel di dinding bak/ tempayan/ kolam

·         Bubuk abate tetap efektif sampai 3 bulan

Cara Memberantas Nyamuk Dewasa
Untuk memberantas nyamuk dewasa, upayakan membersihkan tempat-tempat yang disukai oleh nyamuk untuk beristirahat.

Kurangi Tempat Untuk Nyamuk Beristirahat

  • Jangan menggantung baju bekas pakai (nyamuk sangat suka bau manusia)
  • Pasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumah
  • Lindungi bayi ketika tidur di pagi dan siang hari dengan kelambu
  • Semprot obat nyamuk rumah pagi & sore (jam 8.00 dan 18.00)
  • Perhatikan kebersihan sekolah, bila kelas gelap dan lembab, semprot dengan obat nyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran mulai
  • Pengasapan (disebut fogging) hanya dilakukan bila dijumpai penderita yang dirawat atau menginggal. Untuk pengasapan diperlukan laporan dari rumah sakit yang merawat.
Sebagai ketua ASEAN untuk tahun 2011, Indonesia akan menjadi tuan rumah sejumlah kegiatan berskala regional. Untuk bidang kesehatan salah satunya adalah peluncuran secara resmi ASEAN Dengue Day atau Hari Dengue se-ASEAN yang akan dilakukan di Jakarta pada tanggal 15 Juni 2011 dimaksudkan sebagai kampanye pengendalian dan pencegahan DBD di tingkat regional ASEAN.

Tidak ada jaminan jika pernah terkena demam berdarah tidak akan terkena lagi. Karena itu tetap jaga lingkungan sekitar, konsumsi air sesuai kebutuhan dan waspadai setiap gejala yang muncul pada tubuh. (*)

1 komentar:

rosmarita psik umj 2010 mengatakan...

gimy kamu emang pintar and cantik teruslah berkarya